Puisi Sukmawati, menurut Koordinator TAPA Kapitra Ampera, telah melecehkan agama Islam. Dalam puisi tersebut, Sukmawati membandingkan antara cadar dengan konde serta azan yang tak lebih merdu dari suara kidung Ibu Indonesia.
Hal ini memang sangat menjadi Pro dan Kontra di Indonesia, namun mau dibilang apa, Organisasi Masyarakat Persaudaraan Alumni (PA) 212 telah mengerahkan 10 ribu massa guna melakukan aksi demonstrasi untuk mendesak Bareskrim Polri agar menangkap dan menahan Sukmawati Soekarnoputeri. Karena kasus puisi berjudul Ibu Indonesia yang dinilai telah menodai agama.
Berikut adalah beberapa pernyataan-pernyataan dari beberapa tokoh dan ahli mengenai puisi tersebut.
"Tentu dalam menulis puisi, juga menulis genre sastra yang lain, selalu ada etika, salah satunya tidak boleh menyulut sentimen suku, agama, dan ras (SARA), jadi yang dilakukan Bu Sukma ini jelas melanggar rambu-rambu dasar yang patut nya ditaati,"
**Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan Internasional, Penghargaan tertinggi dalam Peraduan Puisi Islam MABIMS (forum informal Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura)
"Antara bait-bait di dalam puisi mbak Sukma tidak melecehkan secara langsung umat Islam. Bahwa itu kritik soal penggunaan cadar dan itu boleh2 saja, termasuk mbak Sukma dalam bentuk puisi," ujar Karyono kepada RMOL.co
**Karyono Wibowo, Pengamat Politik dari Indonesia Public Institute.
“Sebuah karya sastra itu harus dan mestinya hanya dipolemikkan dengan kritik sastra,”
Penggunaan pasal penistaan agama tak relevan dalam kasus ini. Langkah yang paling tepat untuk melihat soal puisi karya Sukmawati adalah dengan membahasnya dalam kacamata kritik sastra. Mempolemikkan karya sastra lewat jalur hukum dan politik dianggap Fickar sebagai sesuatu yang tidak relevan.
**Abdul Fickar Hadjar, ahli hukum pidana dari Universitas Trisakti
“Dia tidak mengeksploitasi bahasa secara keseluruhan. Sebagai karya sastra, (puisi karya Sukma) bermasalah karena itu,”
“Buat dunia sastra, puisi ini enggak soal, ini bisa dipreteli bermasalah, tapi publik lain lagi,”
“Kadang kala orang menempatkan teks puisi sebagai doktrin, jadi pernyataan pertama dimaknai sebagai tentang Islam.”
Sikap orang yang mempersoalkan puisi Sukmawati Soekarnoputri sebagai hal janggal. Puisi ini memang menjadi ekspresi dari Sukmawati yang memang lebih mencintai Indonesia daripada Islam. Masalah dalam puisi ini bukan dalam konteks tersebut tapi pada konteks puisi ini terlalu lettterlijk.
**Maman Mahayana, dosen Sastra Indonesia dari Universitas Indonesia.
“Puisi memang ruang bebas, tetapi puisi harus diikat oleh kekuatan puitik. Dalam konteks ini, maka tidak semua puisi dapat disebut bermutu atau sebuah puisi yang puitik,” “Salah satu prasyarat sebuah puisi adalah memiliki kekuatan makna sehingga pesan yang disampaikan tidak langsung sebagaimana narasi biasa. Puisi Sukmawati menurut saya tidak memenuhi prasyarat puitik, ini hanya lah sebuah narasi personal tentang kebencian dan ekspresi kemarahan pada sesuatu (Islam),”
**Anis Kurniawan, penggiat kajian sastra dan politik.
“Jika melihat dari sudut pandang itu, kita dapat menganggap bahwa yang diutarakan oleh Sukmawati mewakili sebuah pandangan yang ada dalam masyarakat,” “Harus dingat pula bahwa reaksi terhadap sajak tersebut juga merupakan bagian dari dinamika. Ada bertutur, ada yang merasa bahwa tuturan tersebut sesuai dengan pemikirannya, dan ada yang menganggap tuturan tersebut bertentangan dengan pemikirannya. Saya kira, dari sudut pandang kesusastraan, semuanya perlu hadir dan saling berinteraksi,”
**Ari J Adipurwawidjana, Dosen Kesusastraan Universitas Padjajaran.
Berikut adalah isi puisi Sukmawati :
Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut
Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi
Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
***
Author:
jpnn.com/sam/Pengamat Anggap Puisi Sukmawati Soekarnoputri Kritik Biasa
tirto.id/Mufti Sholih/Puisi Sukmawati Sekadar Ekspresi atau Penghinaan
online24jam.com/Muh. Siddiq Sholeh/Sajak Sukmawati Soekarnoputri Kontroversial, Begini Kata Kritikus Sastra
Post a Comment